Saat Rapor Kesehatan Lebih Bikin Penasaran Ketimbang Ujian Sekolah
<p>Suasana aula SMA Istiqamah di Kota Bandung pada Senin (22/9/2025) pagi terasa berbeda. Kursi-kursi yang biasanya tertata rapi untuk seminar kini berubah menjadi pos-pos pemeriksaan. Tidak ada guru yang membagikan soal ujian, melainkan petugas kesehatan yang sibuk dengan tensimeter, alat cek darah, dan stetoskop.</p><p>Ratusan siswa, dengan seragam putih abu-abu mereka, tampak antre dengan raut wajah beragam. Ada yang terlihat tegang, ada yang penasaran, ada pula yang saling bercanda untuk mencairkan suasana. Hari itu, mereka tidak sedang menghadapi ujian akademik, melainkan "rapor" lain yang tak kalah penting: rapor kesehatan mereka sendiri.</p><p>Sebanyak 125 siswa dan siswi mengikuti "Aksi Berbagi Sehat", sebuah program pemeriksaan kesehatan gratis yang diinisiasi oleh Kilau Indonesia Cabang Bandung. Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung melalui UPTD Puskesmas Sekejati dan dibantu oleh relawan medis dari Akper Kebonjati, aula sekolah disulap menjadi klinik mini.</p><p>Para siswa menjalani serangkaian pemeriksaan komprehensif, mulai dari pengecekan gizi, skrining hipertensi dan diabetes, hingga tes anemia. Tak hanya itu, kesehatan indera seperti mata dan THT, serta kondisi gigi dan mulut juga tak luput dari perhatian tim medis yang dipimpin oleh dr. Gentha Jayantra.</p><h3>Potret Kesehatan Generasi Z</h3><p>Kegiatan ini bukan sekadar pemeriksaan rutin. Ia membuka jendela untuk melihat potret kesehatan generasi muda yang kini menghadapi tantangan zaman yang berbeda. Pemeriksaan anemia, misalnya, menjadi salah satu fokus utama. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa masalah kurang darah ini masih menghantui remaja Indonesia, dengan prevalensi sekitar 23% pada remaja perempuan. </p><p><br></p><p>Anemia pada usia sekolah berdampak langsung pada penurunan konsentrasi dan prestasi belajar. "Kalau lagi upacara suka tiba-tiba pusing, kirain karena belum sarapan aja," ujar salah seorang siswi usai berkonsultasi dengan dokter.</p><p>Selain anemia, skrining hipertensi juga menjadi agenda penting. Penyakit yang dulu identik dengan orang tua ini kini semakin banyak ditemukan pada usia muda. Gaya hidup, pola makan tinggi garam dari jajanan, serta kurangnya aktivitas fisik menjadi beberapa pemicunya. Banyak siswa yang baru pertama kali mengetahui angka tekanan darah mereka. </p><p>Pemeriksaan mata juga relevan dengan kondisi saat ini. Paparan layar gawai yang intensif, terutama sejak era pembelajaran daring, berpotensi menimbulkan keluhan pada mata. </p><p><br></p><h3>Sinergi untuk Kesehatan Sekolah</h3><p>Inisiatif ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dalam menjaga kesehatan anak-anak sekolah. Program ini sejalan dengan semangat Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang sudah lama menjadi program pemerintah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sehat. </p><p>Kehadiran Puskesmas Sekejati sebagai representasi pemerintah, Kilau Indonesia sebagai motor penggerak dari lembaga sosial, dan Akper Kebonjati dari kalangan akademisi, menciptakan sebuah sinergi yang efektif. Mereka "menjemput bola", membawa layanan kesehatan langsung ke lingkungan di mana para remaja menghabiskan sebagian besar waktunya.</p><p>"Tujuannya adalah deteksi dini dan meningkatkan kesadaran. Banyak masalah kesehatan jika diketahui lebih awal, penanganannya akan jauh lebih mudah dan efektif," jelas Soni Sopian, Kepala Cabang Kilau Indonesia.</p><p>Hari itu, para siswa tidak hanya mendapatkan angka dan catatan medis, tetapi juga pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga aset terbesar mereka: kesehatan.</p>