Berita Kilau Indonesia

Informasi terbaru mengenai program kami dan kegiatan sosial yang kami lakukan untuk masyarakat.

Jeda Sehat di Tengah Kejar Setoran

  • Kilau Indonesia

<p>Hiruk pikuk Terminal Antapani, Bandung, pada Rabu (17/9/2025) pagi berjalan seperti biasa. Deru mesin angkot yang menunggu penumpang beradu dengan suara klakson dan teriakan para pedagang. Namun, di salah satu sudut yang sedikit menjorok ke dalam, pemandangannya berbeda.</p><p>Beberapa meja dan kursi lipat sederhana ditata di bawah kanopi. Tidak ada transaksi jual beli di sana. Yang terlihat adalah para sopir, pedagang, dan pengemudi ojek online yang silih berganti duduk berhadapan dengan petugas kesehatan. Lengan kemeja mereka yang lusuh digulung, seorang petugas dengan telaten memasang manset tensimeter. Di meja lain, ujung jari seorang bapak ditusuk jarum kecil untuk memeriksa kadar gula darah.</p><p>Pemandangan kontras ini adalah bagian dari "Aksi Berbagi Sehat", sebuah layanan pemeriksaan kesehatan gratis yang digelar oleh Yayasan Kilau Indonesia Cabang Bandung. Mereka tak sendiri. Bekerja sama dengan tim medis dari UPTD Puskesmas Griya Antapani dan dibantu para mahasiswa dari Akper Kebonjati, mereka sengaja mendatangi pusat keramaian ini. Tujuannya sederhana: memberikan jeda sejenak bagi para pekerja jalanan untuk peduli pada kesehatannya.</p><p>"Kalau harus ke puskesmas, hilang waktu narik. Sehari nggak kerja, ya repot di rumah," kata salah seorang sopir angkot yang ikut memeriksakan diri. Pria paruh baya itu mengaku sering pusing, tapi selalu ia abaikan demi mengejar setoran.</p><p>Hari itu, total 42 orang memanfaatkan kesempatan tersebut. Layanan yang diberikan cukup mendasar namun tepat sasaran: pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, asam urat, hingga konsultasi singkat dengan dokter umum dan dokter gigi.</p><p>Bagi mereka, layanan "jemput bola" ini sangat berarti. Ia memangkas dua kendala utama: waktu dan biaya. Di tengah rutinitas yang menuntut mereka untuk terus bergerak, didatangi oleh petugas kesehatan adalah sebuah kemewahan.</p><p><br></p><h3><strong>Risiko yang Mengintai di Balik Kemudi</strong></h3><p>Kegiatan ini lebih dari sekadar bakti sosial. Ia adalah respons langsung terhadap risiko kesehatan yang lekat dengan profesi para pekerja di lingkungan terminal. Duduk berjam-jam, pola makan yang tidak teratur, stres karena pendapatan yang tak menentu, serta paparan polusi udara setiap hari adalah "menu" harian mereka.</p><p>Kondisi-kondisi inilah yang membuat mereka rentan terhadap penyakit seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan gangguan pernapasan. Masalahnya, banyak dari mereka yang bekerja di sektor informal tidak memiliki jaminan kesehatan yang memadai. Sakit sering kali berarti kehilangan pendapatan. Lingkaran inilah yang membuat urusan kesehatan kerap dinomorduakan.</p><p>Kolaborasi antara Kilau Indonesia sebagai lembaga sosial dan Dinas Kesehatan Kota Bandung sebagai representasi pemerintah menjadi kunci. Pihak puskesmas menyediakan tenaga medis dan keahlian, sementara yayasan bergerak lincah mengorganisir kegiatan di lapangan.</p><p>Saat tenda dibongkar sore harinya, para pekerja itu kembali ke rutinitas mereka. Ada yang kembali ke balik kemudi angkot, ada yang kembali mendorong gerobak dagangannya. Bedanya, sebagian dari mereka kini membawa secarik kertas kecil berisi catatan angka tekanan darah dan kadar kolesterolnya. Sebuah catatan kecil, namun menjadi pengingat penting di tengah kerasnya perjuangan mencari nafkah di jalanan Kota Bandung.</p>